Kamis, 22 September 2011

Pengusaha itu Tidak Dilahirkan

Dulu, setiap kali ditanya, apakah menjadi pengusaha itu faktor keturunan atau bukan, saya sulit menjawab. Perdebatan mengenai hal ini memang panjang dan mengasikkan. Sayangnya, tak pernah berhenti pada satu kesimpulan yang jelas. Perdebatan terus mengambang. Saking sulitnya melahirkan pengusaha baru, kebanyakan berpendapat bahwa menjadi pengusaha itu didominasi faktor keturunan.
Saya sendiri sempat cenderung berpendapat begitu karena latar belakang keluarga. Kakek saya yang di Semarang itu seorang pedagang sukses, yang dulu terkenal dengan Omah Kapal-nya (rumah kapal) di Kauman, Semarang. Kakek dulu tergolong pedagang kaya raya di jamannya. Beliau meninggalkan aset berupa rumah-rumah mewah di berbagai tempat di Semarang, termasuk di Jl. Pemuda, jalan protokoler, yang kami sekeluarga tempati sejak kecil.

Ayah, lulusan Pedagogi, Psikologi Universitas Gadjah Mada, pun menjadi pengusaha tailor, yang mengkhusukan diri di pembuatan jas. Ibu juga punya jiwa wirausaha. Pada masa jayanya, ayah memiliki 15-an penjahit. Saya pun bekerja di tailor itu sejak SMP hingga lulus SMA. Apapun saya kerjakan, mulai dari menyapu sisa-sisa potongan kain (saya menyebutnya kain gombal), menyetrika, membuat kancing baju, hingga akhirnya bisa mengukur baju dan jas. Tiap Jum’at sore saya gajian, tergantung berapa banyak yang saya kerjakan, persis seperti para penjahit kami.
Meski tak terlalu mengkilat bisnisnya, orang tua kami berhasil melahirkan  lima pengusaha, dari sembilan anaknya. Saya hampir yakin, gen pengusaha orang tua menurun ke kami berlima dan tidak menurun ke empat anak lainnua. Bekerja di masa kecil membuat kami makin terasah dengan dunia usaha.
Teman-teman pengusaha pun saya perhatikan kebanyakan lahir dari pengusaha juga. Ini bisa saja semakin meyakinkan anggapan bahwa pengusaha itu karena faktor keturunan.
Tak sedikit yang membantah ini. Sayang, tak diskusinya selalu tanpa dilengkapi data. Nah, beberapa waktu lalu  saya membaca riset menarik mengenai Anatomy of Entrepreneur: Family Background and Motivation yang dibuat oleh Kauffman, The Foundation of Entreprenurship.
Salah satu temuan menariknya: latar belakang oran tua tak terlalu berpengaruh terhadap kewirausahaan. Hanya 38,8 persen pengusaha yang ayahnya juga pengusaha. Sebagian besar lainnya, 61,2 persen, pengusaha justru lahir tanpa ayah pengusaha. Yang berlatar belakang ibu pengusaha pun hanya 6,9 persen.
Bahkan, 51,9 persen merupakan orang pertama di keluarga yang merintis bisnis!

Temuan ini jelas menunjukkan bahwa pengusaha itu TIDAK dilahirkan. Artinya, jiwa pengusaha bisa diajarkan dan dipelajari!
Jadi tak ada alasan lagi” tak berbakat menjadi pengusaha” karena bukan keturunan pengusaha. Asalkan punya niat yang kuat menjadi pengusaha, siapa pun mestinya bisa!

Sumber :  pengusaha tidak dilahirkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar