Kamis, 22 September 2011

Pengusaha itu Tidak Dilahirkan

Dulu, setiap kali ditanya, apakah menjadi pengusaha itu faktor keturunan atau bukan, saya sulit menjawab. Perdebatan mengenai hal ini memang panjang dan mengasikkan. Sayangnya, tak pernah berhenti pada satu kesimpulan yang jelas. Perdebatan terus mengambang. Saking sulitnya melahirkan pengusaha baru, kebanyakan berpendapat bahwa menjadi pengusaha itu didominasi faktor keturunan.
Saya sendiri sempat cenderung berpendapat begitu karena latar belakang keluarga. Kakek saya yang di Semarang itu seorang pedagang sukses, yang dulu terkenal dengan Omah Kapal-nya (rumah kapal) di Kauman, Semarang. Kakek dulu tergolong pedagang kaya raya di jamannya. Beliau meninggalkan aset berupa rumah-rumah mewah di berbagai tempat di Semarang, termasuk di Jl. Pemuda, jalan protokoler, yang kami sekeluarga tempati sejak kecil.

Ayah, lulusan Pedagogi, Psikologi Universitas Gadjah Mada, pun menjadi pengusaha tailor, yang mengkhusukan diri di pembuatan jas. Ibu juga punya jiwa wirausaha. Pada masa jayanya, ayah memiliki 15-an penjahit. Saya pun bekerja di tailor itu sejak SMP hingga lulus SMA. Apapun saya kerjakan, mulai dari menyapu sisa-sisa potongan kain (saya menyebutnya kain gombal), menyetrika, membuat kancing baju, hingga akhirnya bisa mengukur baju dan jas. Tiap Jum’at sore saya gajian, tergantung berapa banyak yang saya kerjakan, persis seperti para penjahit kami.
Meski tak terlalu mengkilat bisnisnya, orang tua kami berhasil melahirkan  lima pengusaha, dari sembilan anaknya. Saya hampir yakin, gen pengusaha orang tua menurun ke kami berlima dan tidak menurun ke empat anak lainnua. Bekerja di masa kecil membuat kami makin terasah dengan dunia usaha.
Teman-teman pengusaha pun saya perhatikan kebanyakan lahir dari pengusaha juga. Ini bisa saja semakin meyakinkan anggapan bahwa pengusaha itu karena faktor keturunan.
Tak sedikit yang membantah ini. Sayang, tak diskusinya selalu tanpa dilengkapi data. Nah, beberapa waktu lalu  saya membaca riset menarik mengenai Anatomy of Entrepreneur: Family Background and Motivation yang dibuat oleh Kauffman, The Foundation of Entreprenurship.
Salah satu temuan menariknya: latar belakang oran tua tak terlalu berpengaruh terhadap kewirausahaan. Hanya 38,8 persen pengusaha yang ayahnya juga pengusaha. Sebagian besar lainnya, 61,2 persen, pengusaha justru lahir tanpa ayah pengusaha. Yang berlatar belakang ibu pengusaha pun hanya 6,9 persen.
Bahkan, 51,9 persen merupakan orang pertama di keluarga yang merintis bisnis!

Temuan ini jelas menunjukkan bahwa pengusaha itu TIDAK dilahirkan. Artinya, jiwa pengusaha bisa diajarkan dan dipelajari!
Jadi tak ada alasan lagi” tak berbakat menjadi pengusaha” karena bukan keturunan pengusaha. Asalkan punya niat yang kuat menjadi pengusaha, siapa pun mestinya bisa!

Sumber :  pengusaha tidak dilahirkan

Bisnis Apa yang Tak Lekang Oleh Waktu

Tulisan di bawah adalah copy-paste dari Twitter saya. Saya pikir sayang kalau tidak dikumpulkan karena bisa bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Enjoy….
———–
Mumpung lg nganggur di rumah. Mau ikut meramaikan spt Pak ah. Topiknya apa ya? Ada usul?
Topik menarik RT : : biz yg tak lekang o/ waktu??
Oke, saya akan sharing ttg bisnis tak lekang oleh waktu. Tapi ini versi saya lho ya…
Bisnis yg tak lekang oleh waktu adl bisnis yg melayani kebutuhan dasar orang banyak, spt sandang, pangan, kesehatan, pendidikan, energi
Contohnya makanan, mana mungkin jenuh selagi orang masih punya perut. Pakaian pasti dicari selagi org butuh penutup tubuh, dst
Cuma, makanan spt apa yg dicari mayoritas orang, pakaian spt apa yg disuka mayoritas, itulah pertanyaan ketika akan memulai bisnisnya
Pakaian spt apa yg disuka mayoritas org Indonesia? Pergilah ke Tnh Abang. Di sana tercermin apa yg dibeli org se-Indonesia
Makanan yg disuka org Indonesia itu yg plg banyak dijual di mana2, spt bakso, bakmi, sate, nasgor, ayam, nasi padang. Gak ada matinya
Di Pasar Keb Lama, berderet penjual bakso, tapi gak ada yg bangkrut krn persaingan, krn bakso banyak penggemarnya
Makanan, pakaian, adl contoh bisnis long tail. Pemainnya banyak, tapi skalanya kecil-menengah
Bisnis yg tak lekang waktu/sustainable biasanya adl bisnis yang simple. Ingat, Warren Buffett suka investasi di bisnis yg simple
Saya suka invest di bisnis yg bisa dioperasikan oleh orang tdk berpendidikan sekali pun, demikan kata Buffett
Bisnis yg sederhana itu mudah diduplikasi, disistemasi, bisa ditinggal oleh pemiliknya
Kalau tdk pinter2 amat, hindari bisnis yg membuat pemiliknya mikir terus, terlibat terus. Kt memiliki bisnis, bukan bisnis yg memiliki kita
Bisnis hi-tek itu bagus, tapi tdk cocok utk semua orang. HP mau menjual unit PC-nya, krn kalah bersaing. Padahal HP kurang hebat apanya
Pertanyaan mendasar: bagaimana saya bs melayani 5.000 pelanggan sama dgn cara melayani 100 pelanggan?
Bisnis yg paling sederhana, tapi potensi cashflownya tinggi adl: berdagang
Nabi sejak dulu menyerukan utk kuasai pasar, kuasai pasar, kuasai pasar. Artinya, kuasai perdagangan
Setelah pasar dikuasai, barulah di-leverage ke atas dgn mulai memproduksi sendiri dan seterusnya
Indonesia ini pasarnya luas. 10 thn ke depan adl golden era kt Pak CT. Pertanyaannya, siapa yg nanti menguasai pasar ini? Harusnya kita!
Bisnis yg tak lekang waktu itu adl bisnis yg cashflownya kencang, besar dan positif
Titik persamaan semua bisnis adl di cashflow. Spt teh botol, apa pun bisnisnya, yg penting adl cashflow
Pengalaman saya, saya sering “mengalahkan” perusahaan besar krn sy menang di cashflow. CF is king!
Ke depan, seiring naiknya disposable income org Indonesia, bisnis2 sekunder akan naik. Istilah kerennya bisnis2 lifestyle. Pak CT sdh duluan
Yg bakal laris: mobil, properti, traveling, wellness, sekolah mahal, resto, mall, hiburan dan juga spiritual, krn banyak org stress jg :)
Udah dulu kali ya. Trm ksh sdh menyimak. Share jika sekiranya bermanfaat utk follower anda

Sumber : bisnis selamanya...

Rabu, 21 September 2011

Menulis Itu Gampang : Rumus 5W + 1H

Begitu banyak jenis tulisan kalau kita mau menggolong-golongkannya. Ada fiksi dan nonfiksi. Ada berita hardnews dan analisa. Ada pula biografi, esai, artikel, skrip radio dan teve, editorial, weblog, surat cinta dan segudang lainnya. Jangan lupa, ada yang berkaitan dengan bisnis, seperti surat penawaran, minutes meeting, dan ribuan jenis business letter.
Lupakan dulu kategorisasi yang memusingkan kepala. Karena sebagian besar jenis tulisan bisa dikatakan baik dan benar bila memenuhi rumus baku yang sama. Yakni 5W + 1H. Itulah rumus sakti yang menjadi pegangan saya ketika menjadi jurnalis di Bisnis Indonesia, majalah PROSPEK dan terakhir di majalah SWA (ya, profesi awal saya adalah jurnalis, kurang lebih lima tahun saya menjalaninya dengan penuh suka cita).
Menulis Itu Gampang:  Rumus 5W + 1H
Rumus macam apa itu? Sederhana sekali:
W1 = What
W2 = Who
W3 = When
W4 = Where
W5 = Why
H = How

WHAT adalah apa yang akan kita tulis. Tema apa yang ingin kita ungkapkan. Hal apa yang ingin kita tuangkan dalam tulisan. What ini bisa apa saja. Bisa soal “Lumpur Lapindo yang tidak selesai-selesai”, “Situs porno diharamkan dan akan diblokir Pemerintah”, “Bagaimana bisa menjadi kaya, sukses sekaligus mulia?” atau topik yang sedang hot di dunia gosip: “Apakah anak kandung Mayangsari juga anak kandung Bambang Tri?”.
What yang kita tentukan ini akan menjadi dasar untuk 4W lainnya. Mari kita ambil topik mengenai Mayangsari saja. Mumpung masih hangat.

WHO adalah siapa tokoh yang menjadi tokoh utama di WHAT. Dalam studi kasus ini, who-nya minimal bisa tiga tokoh: Mayangsari, Bambang Trihatmodjo, dan sang anak yang baru berusia dua tahun: Khirani Siti Hartina Trihatmodjo. Yang pertama dan kedua sudah amat terkenal. Sosok mereka sudah tertulis di mana-mana.
Meski Who is Mayangsari sudah banyak yang tahu, masih banyak sisi lain yang menarik untuk dieksplorasi. Bahkan kebungkamannya mengenai tes DNA anaknya, menjadikan sosoknya makin layak tulis, sampai-sampai bagaimana ia merayakan ulang tahun anaknya secara diam-diam dan bagaimana ia menjenguk ibunya di rumah sakit dijadikan bahan pemberitaan. Suasananya hati Mayangsari digali dengan baik sehingga makin menegaskan sosoknya dalam menghadapi isu anak kandungnya.
Buat kita, yang tidak perlu jadi wartawan untuk bisa menulis sebaik mereka, Who harus menjadi bagian yang berkaitan dengan What. Kalau kita ketemu Who yang tidak dikenal target pembaca kita, maka kita harus mengupasnya dengan baik sehingga jelas keterkaitannya dengan What.

WHEN adalah waktu kejadian WHAT. Ini yang sering diabaikan oleh banyak penulis pemula. Kapan kejadiannya akan memberi tambahan informasi dan imajinasi pembacanya.
WHERE adalah tempat kejadian WHAT. Meski kelihatannya sepele, tempat kejadian ini punya makna. Ketika Jose Mourinho berkunjung ke Milan tiga hari lalu misalnya, segera merebak isu ia mau pindah ke Inter Milan. Coba kalau ia perginya ke Bali, kemungkinan besar tak akan ada isu itu.

WHY adalah mengapa terjadi WHAT. Ini yang paling menarik karena bisa dikupas dari berbagai sudut. “Permintaan tes DNA keluarga mantan presiden Soeharto terhadap anak Mayangsari” bisa dikupas dari sisi hukum, keluarga maupun pribadi. Bahkan kalau mau diseret jauh hingga ke dunia mistis, misalnya minta diteropong oleh ahli nujum.

HOW adalah bagaimana WHAT terjadi, bagaimana prosesnya, lika-likunya, dan sejenisnya.
Yang jelas, dengan 5W+1H, tulisan kita dari segi kelengkapan informasi – sekali lagi: kelengkapan informasi — tidak akan mengecewakan pembaca kita. Kalau ada yang kecewa itu biasanya karena disebabkan oleh kekurangtepatan kita mengungkap WHY dan HOW-nya di mata pembaca.
Jangan salah faham: rumus ini bukan hanya untuk nulis artikel, esai atau tulisan serius lain. Bahkan surat lamaran kerja, undangan meeting, surat cinta bahkan diskusi pendek-pendek di berbagai milis, rumus ini amat penting untuk menghindari kesalahpahaman dan kekuranglengkapan informasi.
Cukupkah berbekal rumus baku di atas? Tidak. Bagi mereka yang ingin menulis dan mendapat respon pembacanya, ada satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya dari rumus 5W+1H. Yakni “Daya Tarik Tulisan”. Nanti akan dibahas dalam tulisan berikutnya.

Sumber :  Rumus 5W+1H

Cara Aman Bakar Kapal Jadi Pengusaha

Banyak yang ingin jadi pengusaha, namun tak juga terjun jadi pengusaha bertahun-tahun karena berbagai hambatan, seperti restu orang tua, keluarga atau istri. Hambatan lain: belum punya (kekurangan) modal, serta belum menemukan mitra yang tepat. Yang paling berat adalah hambatan kenikmatan menjadi karyawan, dengan gaji tetap, tunjangan dan bonus (yang  tinggi untuk yang sudah berada di puncak). Kita seringkali tak siap kehilangan pendapatan tetap sebagai karyawan.
Maka, jika sudah mantap menjadi pengusaha, saya sarankan “bakar kapal” seperti yang saya lakukan akhir Desember 2002 saat mengundurkan diri sebagai Direktur IT dan Pemasaran Detik.com.  Keluar bukan untuk melamar menjadi karyawan/eksekutif di tempat lain. Tapi langsung membangun usaha dengan segala risikonya.
Apa risikonya? Cuma dua: berhasil atau gagal. Ada yang berhasil, usahanya tumbuh baik dan mengkilap dalam tempo cepat. Ada yang tumbuh meski banyak tantangan di perjalanan bisnisnya. Tapi tak sedikit yang gagal, merepotkan mitra bisnisnya dan keluarga, dirundung hutang, bahkan ada yang lalu kembali lagi menjadi karyawan.
Agar tidak mudah terjerumus ke jurang kegagalan, bakar kapal harus dipikirkan baik-baik, berdasarkan akal sehat, bukan hanya karena terbakar emosi akibat motivasi seseorang.
Maka, sebelum bakar kapal, pastikan hal-hal di bawah ini sudah dilakukan.

1. Sudah jelas bisnis yang akan ditekuni.
Pernah mendengar kalimat ini: “Saya pingin jadi pengusaha tapi belum tahu mau bikin bisnis apa,“? Saya tak hanya pernah, bahkan sering mendengar beberapa orang berkata begitu dengan semangat tinggi. Biasanya hal ini terjadi karena yang bersangkutan baru mengikuti seminar atau acara lain yang membakar semangat menjadi pengusaha.
Jangan bakar kapal jika masih belum jelas mau bisnis apa. Hasilnya hampir pasti gagal dan buruk buat masa depan.
Saya dulu berani bakar kapal karena sudah jelas visinya: menjadi pengusaha online dengan membangun jasa consulting (Virtual Consulting) yang fokus pada strategi online memang menjadi keahlian saya, plus membangun bisnis online lain yang terkait kompetensi saya (sekarang ada PortalHR.com, Juale.com, dan Musikkamu.com , tidak termasuk beberapa lainnya yang kandas di tengah jalan)

2. Business plan sudah siap.
Jika sudah jelas mau  bisnis apa, berikutnya: sudahkah membuat rencana bisnisnya? Tidak sulit membuat business plan. Jika tidak bisa, minta bantu teman yang ahli. Jika sulit mencari yang bisa membantu membuat rencana bisnis, buat saja yang sederhana, sehingga kita tahu bisnis yang kita akan tekuni itu seperti apa, siapa target pasarnya, berapa potensi pasarnya, siapa pesaingnya, apa sumber daya (manusia, teknologi, modal) yang kita butuhkan dan kita tahu di mana mencarinya.
T anpa 1 dan 2, jangan terburu-buru bakar kapal. Salah-salah, Anda yang terbakar.

3. Bagi yang berkeluarga, pastikan punya cadangan belanja yang aman.
Bakar kapal itu besar risikonya. Bakar kapal itu menghilangkan pendapatan tetap, yang biasa kita nikmati setiap bulan, sejelek apapun performa kita.  Jika kita punya keluarga, kita tetap punya kewajiban untuk memberi nafkah ke mereka. Jangan sampai keluarga kelaparan, berantakan, anak tidak bisa membayar sekolah, karena kita tidak menyiapkan cadangan uang buat mereka selama kita memutus jalur penghasilan tetap itu.
Ingat lho, saat kita memulai usaha sendiri, mungkin saja kita belum bisa menggaji diri sendiri pada awal-awal bulan (seringkali dianggap sebagai utang perusahaan ke eksekutif).
Maka, siapkan cadangan minimal sesuai dengan prediksi kita, berapa lama kita mulai bisa menggaji diri sendiri sebagai eksekutif usaha kita sendiri, yang cukup untuk membiayai kebutuhan normal keluarga. Bisa tiga atau enam bulan, tergantung perhitungan bisnisnya. Dulu, ketika saya membakar kapal, saya sudah siapkan 12 bulan kebutuhan keluarga dalam bentuk deposito yang saya niatkan untuk tidak disentuh sama sekali untuk kebutuhan selain keluarga.

Jika poin 1,2 dan 3 terpenuhi, secara akal sehat, kita boleh bakar kapal.

4. Berbagi risiko dengan istri/suami.
Dalam satu keluarga, sebaiknya suami istri jangan membakar kapal pada saat yang sama meski keduanya sama-sama berniat menjadi pengusaha. Saat yang satu bakar kapal, sebaiknya pasangannya tetap menjadi karyawan, agar dapur tetap ngebul dari gaji rutin sebagai karyawan. Pilih secara bijaksana, mana yang membakar kapal terlebih dulu. Boleh istri atau suami dulu.  Jika yang bakar kapal sudah berhasil, cash flow bagus, yang satunya bisa menyusul jadi pengusaha. Sabar.

5. Berbagi risiko dengan mitra
Risiko gagal akibat bakar kapal bisa kita perkecil jika saat membangun usaha, kita tidak sendirian.  Jika bertiga misalnya, satu atau dua boleh bakar kapal, yang lainnya tetap sebagai karyawan untuk memenuhi kebutuhan minimal bulanan  mitranya yang mungkin belum bisa menggaji penuh dirinya sendiri saat memulai usaha.
Nomor 1,2 dan 3 di atas menurut saya menjadi syarat mutlak bakar kapal. No 4 dan 5 merupakan syarat tambahan untuk menekan risiko.
Ada yang ingin menambahi poin di atas?

sumber : bakar kapal

Selasa, 13 September 2011

Kiat Memulai Bisnis untuk Pegawai

Menjadi karyawan bertahun-tahun nyatanya tak memberikan Anda kepuasan, lantaran hasrat begitu menggebu untuk menjadi wirausahawan. Apa pun pilihan profesi Anda, karyawan atau wirausahawan, jangan gegabah dalam mengambil keputusan. Dari setiap keputusan yang Anda pilih akan ada harga yang harus dibayarkan.

Valentino Dinsi, dalam bukunya Jangan Mau Seumur Hidup Jadi Orang Gajian, memberikan dua resep bagi Anda yang bosan menjadi karyawan, dan ingin segera beralih profesi dan memulai bisnis:

1. Cuti menyiapkan bisnis
Ambil cuti di luar tanggungan perusahaan, 6 bulan sampai dua tahun setelah siap mental, finansial, dan sebagainya. Dengan syarat setelah mengambil cuti di hari pertama berarti bisnis sudah harus berjalan. Jika usaha berkembang, maka Anda dapat memutuskan untuk keluar dari kantor. Namun jika gagal, Anda bisa kembali bekerja sambil menyiapkan mental, modal, dan mengevaluasi kesalahan untuk melakukan bisnis kembali pada suatu saat.

2. Siapkan manajemen
Sambil bekerja, Anda bisa memulai membangun bisnis impian. Percayakan kepada orang terdekat mengenai pengelolaan bisnis. Namun untuk keuangan, Anda harus kontrol langsung.

Pada saat hasil dari bisnis sampingan sudah menyamai gaji di kantor, maka Anda berhak mempertimbangkan untuk keluar. Perhitungannya seperti ini, dengan bekerja penuh waktu 160 jam selama satu bulan, gaji Anda hanya Rp 1 juta. Sedangkan melalui bisnis sampingan paruh waktu, Anda bisa berpenghasilan dua kali lipat dari pendapatan Anda saat  ini.

"Seorang entrepreneur bukan seorang gambler (penjudi) atau risk avoider (orang yang selalu menghindari risiko). Melainkan seorang risk taker, risk calculator, yaitu orang yang berani mengambil dan menghitung risiko," tandas Valentino.

sumber : Bisnis untuk Pegawai

Rabu, 07 September 2011

Untuk Nikmat Perlu Ilmu

Ada yang bertanya kepada saya, secara langsung dan melalui e-mail atau twitter, “Apa nikmatnya berpuasa? Apa nikmatnya memberi dan berbagi? Apa nikmatnya hadir di majelis ilmu? Apa nikmatnya menyuapi anak makan? Apa nikmatnya menulis setiap hari?
Mendengar dan membaca berbagai pertanyaan tersebut, saya akan mencoba menjelaskan melalui sebuah perumpamaan berikut ini. Ada seorang anak balita yang sangat suka dengan es krim. Bila suatu saat kepada anak balita ini diberi pilihan es krim dan satu gepok uang seratus juta rupiah, menurut Anda, kira-kira balita itu memilih yang mana?
Balita itu akan memilih es krim. Mengapa? Karena dia sudah tahu nikmatnya es krim. Pertanyaan saya selanjutnya, mana yang lebih berharga es krim atau uang seratus juta rupiah? Mana yang bermanfaat untuk masa depannya? Mengapa anak itu tak memilih uang seratus juta rupiah?
Ya, anak balita itu lebih memilih es krim ketimbang uang seratus juta rupiah karena dia belum tahu nikmat dan kegunaan uang itu. Padahal, uang seratus juta rupiah sangat bemanfaat bagi masa depannya.
Begitupula dalam beraktivitas termasuk di dalamnya beribadah kepada Allah banyak orang yang memilih tidak melakukannya. Mengapa? Karena, mereka belum tahu nikmat dan kegunaannya. Banyak orang yang memilih kepuasan sesaat. Mereka kerap mengabaikan sesuatu yang justeru lebih nikmat bahkan bisa menyelamatkannya di kehidupan yang akan datang.
Bagaimana agar kita merasakan kenikmatan atas segala yang kita lakukan? Jawabannya adalah: Milikilah ilmu tentangnya dan cicipilah nikmatnya dengan cara melakukannya. Tanpa ilmu dan action Anda tak akan meyakini kenikmatannya.
Saya sudah merasakan nikmatnya menyuapi anak saya makan. Bila dihadapan saya ada pilihan menyuapi anak atau gengsi turun karena menyuapi anak, saya tetap memilih menyuapi anak dan akan berkata, “Makan tuh gengsi.” Mengapa? Karena saya sudah merasakan betapa nikmatnya menyuapi anak makan. Kenikmatannya sulit diceritakan melalui kata-kata.
So, bila Anda sulit merasakan nikmatnya beribadah kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa, saatnya Anda perlu memperdalam ilmu tentang-Nya serta memperbanyak action beribadah kepada-Nya. Cobalah dan rasakanlah…
Salam SuksesMulia!

Mari ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini 
Sumber : http://www.jamilazzaini.com/untuk-nikmat-perlu-ilmu/

Selasa, 06 September 2011

Investasi atau Gengsi?

Lebaran kemarin saya bertemu dengan sahabat lama saya Basori. Pada tahun 90-an dia menjadi buruh panggul di gudang-gudang yang ada di Bandar Lampung. Bayaran yang diterimanya antara Rp 15ribu sampai Rp25 ribu per hari. Namun sering juga ia tidak memperoleh bayaran karena tidak ada barang yang harus dipanggul.
Saat orang tuanya meninggal ia mendapat warisan sawah dan kebun. Ia olah sawah dan kebun itu dengan sungguh-sungguh, dan hanya sekali-kali menjadi buruh sekadar untuk mendapat uang tunai. Suatu saat hasil kebunnya lumayan, saat itulah ia dihadapkan pada pilihan: membeli sepeda motor yang ketika itu sedang trendi atau membeli sapi yang bisa beranak pinak.
Saudara dan teman-temannya di kampung itu berkata, “Gengsi (malu) lagi gak punya motor…” Tetapi Basori “melawan arus” pendapat di kampungnya, ia membeli sapi bukan sepeda motor. Untuk keperluan transportasi dia menggunakan sepeda tuanya.
Hasilnya, sapinya terus berkembang biak. Dari hasil ternak sapi inilah akhirnya Basori bisa membeli tiga sepeda motor buat dirinya dan keluarganya. Sementara teman-temannya yang dulu memilih membeli sepeda motor, sekarang harus menjualnya untuk menutupi berbagai kebutuhan hidupnya.
Kita belajar satu hal dari Basori, saat memiliki uang berlebih gunakanlah untuk sesuatu yang bisa menghasilkan atau berkembang biak bukan untuk sesuatu yang menambah pengeluaran. Bila kita membelanjakan sesuatu demi gengsi dalam jangka panjang kita yang rugi. Sebaliknya, bila kita gunakan untuk investasi maka gengsi akan mendatangi kita di kemudian hari.
Pilihan antara investasi dan gengsi bukan hanya terjadi di kampung Basori. Akan tetapi itu terjadi juga disekitar kehidupan kita. Betapa banyak orang yang rela menggunakan dana pinjaman hanya sekadar untuk memperbaiki penampilan demi gengsi. Namun, banyak juga yang hidupnya tetap sederhana dan menggunakan dananya untuk memperbesar atau memperbanyak investasinya.
Yang pasti, gengsi menjadikan banyak orang hidupnya merana sedangkan investasi menjadikan kehidupan kita semakin lama semakin bergengsi. So, mari kita berinvestasi dan kuburlah gengsi!


Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini

Sabtu, 03 September 2011

Tips Memulai usaha

1. Mulai usaha Anda dg doa, libatkan Tuhan sbelum memulai bisnis Anda krn Tuhan yg mberi kesuksesan.
2. Mulailah utk menabung, dan harus komitmen, krn tabungan kita pasti akan berguna utk modal kdepan.
3. Bermimpi dan buat target utk sukses dlm list. Target ini penting utk memberi smgt dlm berbisnis.
4. Tentukan jenis bisnis yg akan Anda mulai, dsarankan agar sesuai dg minat bisnis/hobby & kemampuan.
5. Lakukan analisa market, tren & potential business, ini penting utk analisa potensi ksuksesan bisnis.
6. Tentukan market yg akan dituju & produk yg akan djual, prsiapkan tp jgn kelamaan. Tetap hrs action.
7. Miliki mental tdk menyerah dan berani ambil risiko. Ini penting agar usahanya bisa segera dmulai.
8. Klo mau mulai usaha, selain persiapan teknis, harus mulai dg niat dan kesungguhan.
9. Usaha yg sukses adalah usaha yg diwujudkan bukan direncanakan saja.
10.Pastikan ada prmintaan pasar dr produk Anda, uji kelayakan pasar. Misalnya coba jual sampel produk.
11. Slanjutnya buat prencanaan produk, harga, lokasi, strategi promosi & prencanaan keuangan yg baik.
12. Carilah diferensiasi dr produk Anda & jadikan bisnis Anda berbeda & lebih baik dr produk pesaing.
13. Pastikan Anda memilih lokasi yang strategis utk usaha Anda.
14. Lakukan strategi pemasaran. Pasar adlh awal & akhir bisnis Anda (utk detail akan ada kultwit trpisah.
15. Cek apakah ada pesaing terdekat. Buat strategi produk yg lebih baik atau harga yg lebih murah.
16. Ketika akan mulai buka usaha, diawali dg undang rekan2 dekat atau saudara, minta feedback dr mreka.
17. Feedback dr rekan2 dekat sgt penting utk memastikan apakah produk kita bs dterima pasar atau tdk.
18. Feedback dari konsumen selanjutnya dlakukan sec berkala utk saran & ide product improvement kdepan.

19. Tetapkan harga promosi saat usaha awal. Ini pnting utk mnggerakan konsumen utk mencoba prod. kita
20. Selanjutnya, buat produk yg brkualitas & sesuai dg keinginan konsumen. Ini penting utk mnciptkan pmbelian brulang (repeat buying).

nya. Semoga bermanfaat


sumber : http://twitter.com/#!/EntrepreneursID ,silahkan follow